Kamis, 06 Oktober 2011

Imam Ali bin Abi Thalib Syahid Mihrab

Sekelompok orang-orang sesat telah berkumpul untuk membunuh Imam Ali bin Abi Thalib, tidak sulit untuk mengatakan bahwa penggeraknya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan. Kesepakatan mereka adalah membunuh Imam Ali bin Abi Thalib ketika ia pergi melaksanakan salat subuh. Hal itu dikarenakan tidak satu pun dari mereka yang berani berhadap-hadapan dengan singa Allah.

Imam Ali bin Abi Thalib Syahid MihrabArus kejahatan telah menguasai dunia Islam. Kebenaran tidak lagi dapat mengibarkan benderanya, tidak ada tangan yang diulurkan untuk melakukan perbaikan, tidak ada suara yang dapat diteriakkan guna menyingkap kejahatan orang-orang zalim. Kemarin, Abu Sufyan melakukan upaya tipu muslihat untuk membunuh Nabi Muhammad saw agar risalah ilahiah terkuburkan untuk selama-lamanya. Namun semua usaha tersebut tidak diinginkan oleh Allah bahkan Allah berkehendak untuk menyempurnakan cahaya-Nya.
Sekarang, Muawiyah bin Abu Sufyan dengan memanfaatkan penyimpangan yang terjadi semenjak peristiwa Saqifah berusaha menyempurnakan apa yang telah dimulai oleh ayahnya dalam rangka menghancurkan Islam. Potensi kebodohan, kesesatan yang dimilikinya membantunya untuk menyiapkan rencana untuk membunuh hatinya umat Islam, penyambung lidah kebenaran, pembawa bendera Islam dan yang menghidupkan syariat Islam.
Kesesatan yang telah lama menuntun kaki mereka sekali lagi menyeret merek untuk mematikan cahaya hidayah dan melanggengkan kegelapan demi menyiapkan penyelewengan dan kejahatan. Tangan-tangan setan itu kemudian berjabatan tangan dengan Ibnu Muljam di kegelapan malan. Pedang itu menebas kepala seorang yang telah lama membelakangi dunia dan mengarah ke rumah Allah dalam keadaan sujud. Ia kemudian dibiarkan begitu saja.
Sekelompok orang-orang sesat telah berkumpul untuk membunuh Imam Ali bin Abi Thalib, tidak sulit untuk mengatakan bahwa penggeraknya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan. Kesepakatan mereka adalah membunuh Imam Ali bin Abi Thalib ketika ia pergi melaksanakan salat subuh. Hal itu dikarenakan tidak satu pun dari mereka yang berani berhadap-hadapan dengan singa Allah.
Pada waktu itu malam kesembilan belas dari bulan Ramadhan. Imam Ali bin Abi Thalib banyak melakukan perenungan dengan melihat angkasa. Ia senantiasa mengulang-ulang perkataan, 'Engkau tidak berbohong dan tidak pernah membohongi orang lain. Malam ini adalah waktu yang engkau janjikan'. Imam Ali bin Abi Thalib menghabiskan malamnya dengan berdoa dan bermunajat kepada Allah swt. Setelah itu beliau keluar dari rumah menuju masjid untuk menunaikan salat subuh. Sesampainya di masjid beliau membangunkan orang-orang yang terbiasa beribadah di situ dan kemudian tertidur. Beliau mengucapkan, 'Salat... salat...'.

Setelah itu Imam Ali bin Abi Thalib menunaikan salatnya. Ketika beliau tengah asyik bermunajat kepada Allah, tiba-tiba seorang penjahat celaka bernama Abdurrahman bin Muljam dengan bersuara lantang mengucapkan semboyan kelompok Khawarij 'Hukum adalah milik Allah bukan milikmu', setelah itu ia mengayunkan pedangnya tepat mengenai kepala Imam Ali bin Abi Thalib yang mengakibatkan kepalanya merengkah akibat bacokan tersebut. Merasakan sabetan pedang di kepalanya Imam Ali bin Abi Thalib langsung mengucapkan kata, 'Aku menang demi Tuhan pemilik Ka'bah'.
Setelah itu terdengar suara riuh di dalam masjid. Orang-orang cepat berlari menuju Imam Ali bin Abi Thalib. Mereka mendapatkannya terjatuh di mihrabnya. Mereka kemudian membawanya pulang ke rumahnya sambil kepalanya diikat sementara masyarakat dari belakang mengikuti sambil menangis. Orang-orang berhasil menangkap Ibnu Muljam. Imam Ali bin Abi Thalib berwasiat kepada anak tertuanya Hasan dan juga kepada anak-anaknya yang lain serta keluarganya agar berlaku baik dengan tawanan. Ia kemudian berkata, 'Jiwa dibalas dengan jiwa. Oleh karenanya bila aku mati maka kalian harus mengqisasnya dan bila aku hidup maka aku akan mengambil keputusan sesuai dengan pendapatku'.
Wasiat Imam Ali bin Abi Thalib
Imam Ali bin Abi Thalib menasihati kedua anaknya Hasan dan Husein dan seluruh keluarganya dengan wasiat umum. Ia berkata:
'Aku berwasiat kepada kalian berdua untuk bertakwa kepada Allah. Jangan kalian mengikuti dunia sekali pun dunia menginginkan kalian. Jangan bersedih terhadap sesuatu yang hilang dari tangan kalian. Berkatalah tentang kebenaran dan beramal untuk mendapat balasan dari Allah. Jadilah penolong untuk orang mazlum dan bersikap keras terhadap orang zalim. Berbuatlah sesuai dengan yang diperintahkan dalam Al-Quran. Serta jangan takut di cemooh oleh orang dalam jalan Allah'.
Luka beliau yang parah tidak memberikan waktu lagi untuknya. Imam Ali bin Abi Thalib telah mendekati ajalnya. Akhir ucapan yang keluar dari bibirnya sebelum ajal menjemputnya adalah firman Allah swt, 'Seperti ini mestinya orang-orang yang beramal baik mesti berbuat'. Kemudian ruhnya yang suci naik menuju surga yang dijanjikan.
Penguburan dan pidato pujian terhadap Imam Ali bin Abi Thalib
Imam Hasan dan Husein yang melakukan segala prosesi penguburan ayah mereka Imam Ali bin Abi Thalib mulai dari mandi, pengkafanan dan pengebumian. Setelah itu Imam Hasan melakukan salat terhadap ayahnya diikuti oleh sejumlah keluarga dan sahabat-sahabat. Setelah selesai melakukan salat kemudian mereka membawanya ke tempat peristiwaannya yang terakhir. Imam Ali bin Abi Thalib dimakamkan di kota Najaf dekat kota Kufah. Semua pelaksanaan selesai pada malam hari.
Setelah proses penguburan selesai, Sha'sha'ah bin Shuhan berdiri kemudian berpidato memuji Imam Ali bin Abi Thalib. Ia berkata:
'Wahai Abu Al-Hasan! Engkau sekarang lebih baik. Engkau lahir dengan baik, kesabaranmu kuat, jihad dan perjuanganmu sungguh agung, engkau berhasil dengan pandanganmu, engkau untung dalam perdaganganmu. Engkau menemui penciptamu dan Ia menerimamu dengan kabar gembira-Nya serta engkau diapit oleh para malaikat. Engkau sekarang berada di samping Musthafa saw dan semoga Allah memuliakanmu berada di samping Muhammad saw. Engkau telah bergabung sama dengan derajat saudaramu Muhammad saw. Engkau minum dari gelasnya. Sekarang kau memohon kepada Allah agar memberikan kepada kami agar dapat mengikuti jejakmu. Berbuat sesuai dengan perilakumu. Mengikuti orang yang engkau ikuti. Memusuhi orang yang memusuhimu. Semoga Allah mengumpulkan kami dalam golongan orang-orang yang mencintaimu. Engkau telah meraih sesuatu yang belum pernah diraih oleh seorang pun. Engkau telah merasakan sesuatu yang belum pernah dirasakan oleh seorang pun. Engkau telah berjuang dengan sungguh-sungguh di samping saudaramu Muhammad saw. Engkau telah menegakkan agama Allah dengan sunguh-sungguh. Engkau telah menegakkan Sunah Nabi dan menekan dengan keras fitnah sehingga Islam dan iman dapat tegak. Aku mengucapkan salawat dan salam yang paling utama dan terbaik buatmu'.
Ia kemudian melanjutkan, 'Sesungguhnya Allah telah memuliakan derajatmu. Engkau adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah saw dari sisi keturunan dan yang paling awal memeluk agama Islam. Orang yang paling dalam keyakinan dan yang hatinya paling kuat imannya. Orang yang paling keras berjuang demi agama Islam. Orang yang paling besar sahamnya dalam kebaikan. Oleh karenanya jangan dicegah pahalanya untuk sampai kepada kami dan kami tidak akan rendah sepeninggalmu. Demi Allah! Kehidupanmu adalah kunci dari pintu-pintu kebaikan dan penutup kejelekan dan kejahatan. Hari ini adalah terbukanya pintu kejelekan dan kejahatan serta tertutupnya pintu-pintu kebaikan. Seandainya manusia sebelumnya menerima pandanganmu niscaya mereka akan cukup segala-galanya. Sayangnya mereka lebih memilih mencintai dunia dari pada akhirat'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar